asshidqu

Kajian, Diskusi dan Pembelajaran Islam

asshidqu

Renungan :


” Menghitung Diri “

Betapa cepatnya waktu bergulir, siang dan malam silih berganti tanpa kita sadari, berputar terus tanpa henti merenggut hari-hari dan umur kita. Bulan demi bulan terus berlalu seakan bagai mimpi, lewat dengan begitu cepat seperti seorang penyebrang jalan. Bahkan setahun pun tidak kita rasakan, padahal ia adalah kesempatan untuk persiapan menuju perjalanan yang jauh.., apa yang telah kita perbuat selama ini, ketaatan apa yang dapat kita persembahkan?Pahala dan kebaikan apa yang telah kita usahakan?

Setiap Orang akan Mendapati Apa yang Ia Kerjakan
Walaupun kita telah lupa terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu, baik itu kebaikan maupun keburukan, namun itu semua terjaga dan tercatat dalam buku catatan amal. Dua malaikat pencatat (kiraman katibin) tak pernah lalai mengawasi gerak-gerik dan ucapan kita.
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. 50:18)

Tak ada satu kata yang diucapkan oleh anak Adam, kecuali ada pengawas yang selalu menulis dan menghitungnya, tidak ada yang terlewat walau hanya satu kalimat atau satu gerakan.
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. 82: 10-12)

Kelak nanti di Hari Kiamat setiap orang akan melihat rekaman dari perbuatannya selama di dunia. Tak satu pun yang dapat mengelak, masing masing diliputi kegundahan dan rasa takut, kecuali orang-orang mukmin, maka mereka mendapatkan curahan rahmat dari Allah disebabkan ketaatan mereka kepada-Nya dan karena mereka selalu mengikuti Rasul-Nya.
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut.Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya.Pada hari itu, kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.(Allah berfirman) “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguh-nya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan”. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerja-kan amal yang saleh, maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga).Itulah keberuntungan yang nyata. (QS. 45:28-30)

Pada Hari Kiamat, orang-orang kafir dan ahli maksiat menunduk lesu, menyesali perbuatannya selama di dunia, mereka dalam keadaan hina dan ketakutan seraya menyeru kecelakaan atas diri mereka.
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak meng-aniaya seorang jua pun.” (QS. 18:49)

Bersegeralah Sebelum Ajal Menjemput
Satu hal yang patut untuk kita renungi adalah, apa persiapan kita untuk menghadapi Hari Akhirat? Apakah kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukan berbagai amal yang dapat menyelamatkan kita dari huru-hara dan kedahsyatannya? Pernahkah kita menghitung diri atas apa yang telah kita ucapkan dan kita perbuat? Mari segera kita jawab sebelum datang waktunya bagi kita untuk mengucapkan,
“Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Kemudian kita dapati jawaban, “Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan.” (QS. 23:100)

Sungguh para salaf adalah orang-orang yang paling banyak melakukan ibadah, ketaatan dan amal shalih. Namun ternyata mereka tidak begitu saja mengandalkan amal perbu-atan mereka, bahkan mereka senan-tiasa merasa khawatir kalau-kalau apa yang mereka lakukan itu masih belum diterima oleh Allah, sehingga terus merasa kurang dalam beramal dan tak henti-hentinya memohon ampunan kepada Allah.

Coba kita perhatikan bagaimana Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam melakukan shalat hingga kedua kaki beliau bengkak, kemudian dalam sehari beliau beristighfar mohon ampunan kepada Allah lebih dari seratus kali. Apakah beliau pernah bermaksiat kepada Allah sehingga harus mohon ampun sehari lebih dari seratus kali? Demi Allah beliau adalah manusia yang paling taat. Itu semua beliau lakukan tak lain karena muhasa-bah yang tiada henti, muraqabah dan sikap tawadlu’ yang sempurna kepada Allah, sehingga beliau terus bertaubat dan beristighfar kepada-Nya.Beliau tidak semata-mata mengandalkan kedudukannya yang mulia dan tinggi sebagai nabi, bahkan beliau sendiri menyatakan, ”Seseorang masuk Surga bukan semata-mata karena amalnya.” Para shahabat bertanya, ”Tidak pula engkau wahai Rasulullah? Beliau menjawab, ”Tidak juga aku, kecuali jika Allah mencurahkan kepadaku rahmat dan keutamaan-Nya.”

Jika seorang penghulu Nabi saja keadaannya seperti itu, maka bagaimana lagi dengan kita?Bagaimana mungkin kita merasa bangga dengan amal kita, bahkan kita sering banyak bergurau, bermain-main, padahal kita tidak tahu ke mana tempat kembali kita kelak di akhirat?
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (QS. 21:47)

Dalam ayat lain Allah juga berfirman,
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. 3:30)

Allah akan memutuskan perkara-perkara di antara hamba-hamba-Nya, menghitung keseluruhan amal mereka tak satu pun yang ketinggalan dan Dia tidak akan menzhalimi hamba-Nya. Bahkan Dia memaafkan, mengampuni dan menyayangi, namun Dia juga menyiksa siapa saja yang dikehendaki dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya.

Setiap Kita Akan Ditanya
Karena dahsyatnya Hari Pembalasan, maka Allah memerintahkan hamba-Nya untuk selalu menghitung diri dan mempersiapkan hari depan, sehingga ketika datang kematian, maka ia tidak dalam keadaan lalai dan terlena. Dia berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 59:18)

Imam Ibnu Katsir berkata, “Mak-sudnya adalah hitunglah diri kalian sebelum nanti dihitung, lalu lihatlah apa yang telah kalian siapkan berupa amal shalih untuk bekal hari kepulanganmu dan menghadap Tuhanmu.”
Seorang mukmin harus selalu menghitung diri karena ia tahu bahwa kelak besok di hadapan Allah ia akan dihisab. Allah telah memberitahukan kepada kita, bahwa kita semua nanti akan ditanya tentang nikmat yang telah kita terima di dunia,
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu ).” (QS. 102:8)

Kita semua akan ditanya tentang nikmat itu, makan dan minum yang kita santap, harta benda, rumah, kendaraan dan pakaian, untuk apa semua itu dan bagaimana kita memperolehnya. Nabi n telah bersabda,
“Tak akan bergeser kaki seorang hamba, sehingga ia ditanya tentang empat hal; Tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya apa yang ia amal-kan dengan ilmu itu, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan, dan tentang badannya untuk apa ia gunakan”

Mari kita semua menjawabnya, tentunya dengan jawaban yang benar dan jujur, sebab perkara ini bukan perkara sepele dan main-main.Ini butuh keseriusan karena berkaitan dengan ujung nasib kita, surga atau neraka.
Salah seorang salaf berkata,” Andaikan Allah mengancamku, bahwa jika aku bermaksiat kepada-Nya, maka Dia akan memenjarakanku di dalam sel yang sempit, maka itu sepantasnya membuatku untuk tidak malas dalam beribadah, maka bagaimana lagi jika ia telah mengancamku dengan siksa api neraka, jika aku bermaksiat kepada-Nya?

Cara Muhasabah Diri

Imam Ibnul Qayyim berkata tentang cara muhasabah, “Pertama-tama hendaklah menghitung diri dalam masalah kewajiban, jika ingat masih ada kekurangan, maka hedaknya segera disusul dengan mengqadla atau memperbaikinya.
Kemudian setelah itu menghitung diri dalam masalah larangan, jika mengetahui ada larangan yang telah dikerjakan atau diterjang, maka hendak-nya segera menyusulnya dengan bertaubat dan beristighfar serta banyak melakukan kebajikan-kebajikan yang akan dapat menghapusnya.

Lalu selanjutnya muhasabah diri dalam hal kelalaian, jika selama ini telah sering lalai akan tujuan dari penciptaan manusia di dunia, maka harus segera mengingatnya serta menghadapkan diri kepada Allah.

Kemudian menghitung diri dalam hal ucapan, langkah kedua kaki, aktivi-tas kedua tangan, pendengaran telinga, penglihatan: Apa yang dikehendaki dengan semua itu, untuk siapa serta apa tujuan melakukannya?Dan harus diketahui, bahwa seluruh ucapan dan perbuatan hendaknya mempunyai dua sisi pertimbangan yang selalu diingat.
Yang pertama pertimbangan untuk siapa berbuat dan ke dua bagaimana berbuat. Yang pertama adalah perta-nyaan tentang keikhlasan dan yang ke dua pertanyaan tentang mutaba’ah (mengikuti tata cara yang diajarkan Nabi ).

Nasehat dan Teladan
Berkata al-Hasan, ”Semoga Allah merahmati seorang hamba yang ketika menginginkan sesuatu, ia merenung terlebih dahulu, kalau itu untuk Allah, maka ia terus dan kalau untuk selain-nya maka ia urungkan.

Berkata Ibrahim at-Taimiy, “Aku mengumpamakan diriku berada di Surga makan buah-buahnya dan minum dari air sungainya, lalu bercanda dengan para bidadari. Lalu aku mengumpama-kan diriku berada di neraka, memakan buah zakum, meminum nanah, dirantai dan dibelenggu. Lalu aku katakan pada diriku, “Hai jiwa, apa yang kau mau sekarang? Jiwa itu menjawab, “Aku ingin kembali ke dunia dan melakukan amal shalih”. Aku pun berkata, “Kini angan-anganmu (untuk kembali ke dunia) tercapai , maka beramallah!”

Ibnul Jauzi berkata, “Sepantasnya orang yang tidak tahu kapan ia akan mati untuk selalu mempersiapkan diri, janganlah ia tertipu dengan usia muda dan kesehatannya.”
Berapa banyak pemuda yang mati karena sakit yang mendadak, berapa banyak yang mati karena kecelakaan, berapa banyak yang mati disebabkan kecanduan dan berapa banyak pula yang meninggal karena perkelahian dan tawuran? Siapa yang tahu umur seseorang.

Lima Perusak Hati


Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib.

Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, ‘bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.’

Bergaul dengan banyak kalangan

Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.

Dalam tataran riel, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini, karena motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, ‘Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku.” (Al-Furqan: 27-29).

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67).

“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong.” (Al-Ankabut: 25).

Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat.

Karena itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai adalah kebaikan. Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan ridha Allah.

Larut dalam angan-angan kosong

Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai.

Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa kerdil dan rendah. Masing-masing sesuai dengan yang diangankannya. Ada yang mengangankan menjadi raja atau ratu, ada yang ingin keliling dunia, ada yang ingin mendapatkan harta kekayaan melimpah, atau isteri yang cantik jelita. Tapi itu hanya angan-angan belaka.

Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal shalih yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji. Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.

Bergantung kepada selain Allah

Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah.
Jika seseorang bertawakkal kepada selain Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya. Allah akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya. Allah berfirman, artinya:
“Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.” (Maryam: 81-82)

“Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.” (Yasin: 74-75)

Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh. Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang melakukannya adalah orang hina dan nista. Allah berfirman, artinya: “Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” (Al-Isra’: 22)

Terkadang keadaan sebagian manusia tertindas tapi terpuji, seperti mereka yang dipaksa dengan kebatilan. Sebagian lagi terkadang tercela tapi menang, seperti mereka yang berkuasa secara batil. Sebagian lagi terpuji dan menang, seperti mereka yang berkuasa dan berada dalam kebenaran. Adapun orang yang bergantung kepada selain Allah (musyrik) maka dia mendapatkan keadaan yang paling buruk dari empat keadaan manusia, yakni tidak terpuji dan tidak ada yang menolong.

Makanan

Makanan perusak ada dua macam.

Pertama , merusak karena dzat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam. Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau takut terhina.

Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.

Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan: “Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).

Kebanyakan tidur

Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.

Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.

Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Shubuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.

Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan itulah tidur yang baik menurut pada dokter. Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah)

Ilmu Tajwid


BAB.  HUKUM NUN MATI DAN TANWIN

Dalam kitab “ Al wajiz fi ‘ilmi at-tajwid “ dijelaskan bahwa Pengertian Nun mati adalah :
“ النون الساكنة: هي التي لا حركة “
Sedangkan tanwin adalah :
“والتنوين: هو نون ساكنة زائدة تلحق آخر الاسم لفظا، وتفارقه خطا ووقفاً “
Dalam bahasan ilmu tajwid, Jika ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf hijaiyah yang jumlahnya ada 28 maka mempunyai empat hukum.
1. Idhar ( اظها ر  )
Idhar adalah jelasnya suara nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf tertentu ( huruf halaq).
Huruf halaq ada enam : الهمزة، والهاء، والعين، والحاء، والغين، والخاء
a. yang berbentuk tanwin :
Tanwin bertemu “ Kho’ “ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا
Tanwin bertemu “ Ghoin “ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
Tanwin bertemu “ Hamzah “ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Tanwin bertemu “ Ha’ “ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Tanwin bertemu “ A’in “ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Tanwin bertemu “ Cha’ “ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

b. berbentuk Nun Mati :
Nun Mati bertemu “ Kho’ “ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ
Nun Mati bertemu “ Ghoin “ وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي
Nun Mati bertemu “ Hamzah “ فَمِنْهُمْ مَنْ آَمَنَ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ عَنْهُ
Nun Mati bertemu “ Ha’ “ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Nun Mati bertemu “ A’in “ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Nun Mati bertemu “ha’ “ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ

  1. Idgom ( ادغا م )
    Idghom menurut bahasa berasal dari kata “ adghoma yudghimu idghooman “ yang mempunyai arti “ idkhol “ memasukkan. Sedang Menurut istilah Idghom adalah memasukkan suara nun mati atau tanwin pada huruf setelahnya yang ada enam macam yang terkumpul dalam lafadh يرملون  yaitu “الياء،الراء، الميم، اللام، الواو، النون “ sehingga seolah-olah suara Nun / tanwin hilang atau menyatu dengan huruf setelahnya.
    Idghom terbagi menjadi menjadi dua macam :

a). Idghom bi ghunnah
Yaitu masuknya suara nun mati dan tanwin pada huruf setelahnya dengan disertai mendengung. Huruf-huruf idghom bighunna ada empat yang terkumpul dalam lafadh     ( ينمو  ( و م ن ي.  Yaitu :
1. Ya’
2. Nun
3. Mim
4. Wawu
Contoh bentuk tanwin :
Tanwin bertemu “ Ya’ “ يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا
Tanwin bertemu “ Nun “ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
Tanwin bertemu “ Mim “ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
Tanwin bertemu “ Wawu “ إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا

Contoh bentuk Nun mati :
Nun Mati bertemu “ Ya’ “ لَوْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا
Nun Mati bertemu “ Nun “ فَذُوقُوا فَلَنْ نَزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا
Nun Mati bertemu “ Mim “ أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى
Nun Mati bertemu “ Wawu “ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Catatan :
1) ketentuan di atas berlaku jika nun mati dan tanwin bertemu dengan huruf-hurufnya dalam dua kalimat. Jika dalam satu kalimat maka dibaca “ Idhar “Contoh :
– دنيا , صنوا ن , قنوا ن

b). Idghom bila ghunnah
yaitu masuknya suara nun mati dan tanwin pada huruf setelahnya dengan tanpa disertai mendengung. Artinya hanya sekedar memasukkan suara nun mati dan tanwin tersebut pada huruf setelahnya. Huruf-huruf idghom bighunnah ada dua macam: yaitu lam dan ro ( ل ر )
Contoh yang bertbentuk tanwin :
Tanwin bertemu “ Lam “ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ
Tanwin bertemu “ Ro’ “ قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي

Contoh Yang berbentuk Nun mati :
Nun Mati bertemu “ Lam “ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ
Nun Mati bertemu “ Ro’ “ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

3. Iqlab ( اقلا ب  )
Menurut bahasa iqlab berasal dari kata “ aqlaba yuqlibu iqlaaban “ yang berarti “ at tahwil “ mengganti. Sedang menurut istilah Iqlab adalah mengganti suara nun mati atau tanwin dengan suara mim dengan disertai adanya dengung.
Huruf bacaan iqlab ada 1 yaitu ba’ ( ب   )
– Contoh tanwin bertemu Ba’
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ
– Contoh Nun bertemu ba’
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِه

4. Ikhfa ( اخفا ء   )
Menurut bahasa ikhfa’ berasal dari kata akhfa yukhfi ikhfaa-an yang mempunya arti menyamarkan atau samar. Sedang menurut istilah Ikhfa’ adalah menyamarkan suara nun mati dan tanwin( antara idhar dan idghom) ketika bertemu dengan huruf-hurufnya.
Huruf-huruf Ikhfa’ ada 15. Yang terkumppul dalam lafadh :
صف ذا ثنا كم جاد شخصٌ قد سما # دم طيبًا زد في تقى ضع ظالما
Contoh Tanwin yang bertemu huruf-huruf ikhfa’:
عَمَلا صَالِحًا   (tanwin bertemu SHOD)
وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ   (tanwin bertemu FA)
سِرَاعًا ذَلِكَ   (tanwin bertemu DZA)
فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ   (tanwin bertemu TSA)
وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا   (tanwin bertemu KAF)
صَبْرًا جَمِيلا    (tanwin bertemu JA)
قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ    (tanwin bertemu DAL)
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا   (tanwin bertemu SYIN)
سَلامًا سَلامًا   (tanwin bertemu SIN)
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ   (tanwin bertemu QOF)
فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا   (tanwin bertemu THO)
وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا    (tanwin bertemu ZA)
لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا   (tanwin bertemu TA)
تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى   (tanwin bertemu DHO)
ظِلا ظَلِيلا   (tanwin bertemu ZHO)

Contoh nun mati yang bertemu huruf-huruf ikhfa’:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ   (nun mati bertemu SHOD)
وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ    (nun mati bertemu FA)
أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ   (nun mati bertemu DZA)
فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى   (nun mati bertemu TSA)
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ    (nun mati bertemu KAF)
وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ   (nunu mati bertemu JA)
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ   (nun mati bertemu DA)
مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ   (nun mati bertemu SYIN)
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ   (nun mati bertemu SIN)
وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ   (nun mati bertemu QOF)
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا    (nun mati bertemu THO)
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً   (nun mati bertemu ZA)
لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا   (nun mati bertemu TA)
لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللَّهِ   (nun mati bertemu DHO)
وَمَا يَنْظُرُ هَؤُلَاءِ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً (nun mati bertemu ZHO)

BAB . GHUNNAH

Berbicara  gunnah tidak akan terlepas dari bahasan Tasydid/Syiddah.
1. مُشَدَّدَة بِغُنَّة (huruf yang bersyiddah dengan disertai Ghunnah)
Artinya perpaduan antar dua huruf yang sama yang pertama mati/disukun dan yang kedua berharokat kemudian ditulis menjadi satu huruf dan disertai Ghunnah/ berdengung dalam membacanya. Huruf-hurufnya ada dua yaitu “ mim dan nun “
Contoh :
– قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
– وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
BAB.   HUKUM MIM MATI
Dalam ilmu al-Qur’an dijelaskan berbagai pengertian tentang huruf-huruf hijaiyah serta fungsi dan macam-macamnya baik itu berkaitan dengan ilmu shorof, ilmu nahwu atau dalam ilmu yang lain. Dalam cabang ilmu tajwid ini kita dihadapkan dengan salah satu bahasan tentang huruf mim. Dalam ilmu tajwid ini mim mempunyai tiga hukum, yaitu : Dihukumi Idhar syafawi, Dihukumi Ikhfa’ sayfawi, Idghom mitsli atau biasa dikenal dengan idghom mimi.
1. Idhar syafawi
Idhar Syafawi adalah Kejelasan atau tampaknya suara huruf yang bernisbatkan anggota bibir ( Mim ) ketika bertemu dengan sebagian dari huruf hijaiyah. Dalam kitab “Ahkamu at-tajwid” dijelaskan lebih simple lagi, disana dikatakan bahwa Idhar Syafawi adalah :
الإظهار الشفوي هو إخراج الميم الساكنة من مَخْرَجِهَا بدون غُنَّة
Yaitu Mengucapkan atau Mengeluarkan huruf mim yamg bersukun dari makhrojnya dengan tanpa Ghunnah. Huruf-huruf bacaan Idhar Syafawi adalah semua huruf hijaiyah selain‘” ba’ dan mim “
Contoh :
– Mim bertemu hamzah إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ
– Mim bertemu ta’ وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
– Mim bertemu Tsa’ فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ
– Mim bertemu jim فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
– Mim bertemu Cha’ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
– Mim bertemu Kho’ إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ
– Mim bertemu Dal عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
– Mim bertemu Dzal أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا
– Mim bertemu Ro’إِنَّكُمْ رَضِيتُمْ بِالْقُعُودِ أَوَّلَ مَرَّةٍ فَاقْعُدُوا مَعَ الْخَالِفِينَ
– Mim bertemu Za’فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ
– Mim bertemu Sin وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا
– Mim bertemu Syin بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ
– Mim bertemu Shod حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
– Mim bertemu Dlod هم ضا لو ن
– Mim bertemu Tho’ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ مِنْكُمْ طَوْلًا أَنْ يَنْكِحَ الْمُحْصَنَاتِ
– Mim bertemu A’in قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ
– Mim bertemu Ghoin فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ
– Mim bertemu Ghoin لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آَبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
– Mim bertemu Qof ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
– Mim bertemu Kaf وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
– Mim bertemu Lam قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ
– Mim bertemu Nun فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى
– Mim bertemu Wawu فَأَشْهِدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
– Mim bertemu Ha’ قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ
– Mim bertemu Ya’ مَا يَنْظُرُونَ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ

2. Ikhfa’ Syafawi
Ikhfa’ Syafawi adalah Menyamarkan suara mim mati tersebut ketika bertemu dengan huruf tertentu. Dalam hal ini adalah huruf Ba’.
Contoh :
– أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

3. Idghom Mitsli ( atau idghom mi-mi )

Dikatakan idghom mitsli karena mim dalam bahasan ini juga bertemu dengan huruf yang semisalnya yaitu mim. Idghom artinya memasukkan Sehingga Idghom mitsli adalah
Yaitu memasukkan huruf mim yang bersukun pada huruf setelahnya yang mana huruf tersebut sama(mim). Sedangkan disebut Idghom mi-mi karena dalam hal ini Cuma dibahas huruf mim bertemu dengan huruf mim itu sendiri. Berbeda dengan Idghom mitsli yang nanti cakupanya sangat luas yaitu semua huruf hijaiyah yang bertemu dengan sesamanya.
Contoh :
– وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
– فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ

BAB .   IDGHOM

Dalam bahasan Hukum nun dan mim mati sudah dijelaskan bahwa idghom berasal dari kata “ adghoma-yudghimu-idghooman “ yang berarti memasukkan. Artinya Idghom adalah Masuknya suara huruf pertama pada huruf setelahnya. Idghom terbagi menjadi tiga macam ; Idghom Mutajanisain, Idghom Mutaqoribain dan Idghom Mutamatsilain.

1. Idghom Mutajanisain

Artinya adanya suatu huruf yang mati bertemu dengan huruf hidup yang keduanya sama dalam makhrojnya tetapi berbeda sifatnya. Dalam keterangan kitab yang lain ( Kitab al-Wajiz) ada sedikit tambahan yang mengatakan bahwa ighom Mutajanisain adalah Masuknya satu huruf ke dalam huruf setelahnya yang sejenis, Dalam hal ini terbagi menjadi dua :
a. تجانسا مخرجا، واختلفا صفة (Sama makhrojnya tapi berbeda dalam sifatnya)
– Contoh-Contoh Idghom Mutajanisain
a. د  bertemu ت    :    قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
b. ت  bertemu   د   :    فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آَتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
c. ت  bertemu   ط   :  وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
d. ذْ   bertemu ظ : وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ
e. ط   Bertemu ت : لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ
f. ل   Bertemu    ر    : قُلْ رَبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ

  1. تجانسا صفة، واختلفا مخرجا (Sama sifatnya tapi berbeda dalam makhrojnya)
    – Contoh :
    a. د Bertemu ج :  : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
    Dengan kata lain Idghom Mutajanisain adalah Masuknya suara huruf pertama pada huruf kedua yang mana kedua huruf tersebut sama makhrojnya tapi berbeda dalam sifatnya, atau sama dalam sifat tapi berbeda dalam makhrojnya.Untuk lebih Memahami bahasan Idghom ini maka terlebih dahulu kami jelaskan tentang makhorijul huruf dan sifat-sifat huruf.
    a. Makhhoriju Huruf
    Makorijul huruf adalah tempat keluarnya huruf-huruf. Dalam hal ini ada lima bagian :
    a)  الجو ف
    Yaitu huruf-huruf yang keluar dari Rongga atau lobang mulut,yang termasuk huruf Jauf adalah huruf-huruf mad yaitu ada tiga Alif, wawu dan ya’ ketika bersukun.   ئا ءو ئي
    b)  الشفتان
    Yaitu huruf-huruf yang keluar dari dua bibir, yaitu م , و, ب
    c)  الحلق
    Yaitu Huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan, terbagi menjadi tiga:
    Tenggorokan bawah yaitu أ dan ها
    Tenggorokan tengah yaitu عdan ح
    Tenggorokan atas yaitu خdan غ
    d)   الخيثو م
    Yaitu huruf-huruf yang keluar dari hidung yaitu huruf-huruf ghunnah ( nun dan mim tasydid).
    e)  اللسان
    Yaitu huruf-huruf yang keluar dari lisan. Dalam hal ini ada banyak pembagiannya,
    – Pangkal lidah :  ق ك
    – Lidah bagian tengah      ج ش ي
    – Tepi lidah  :     ض
    – Lidah bagian depan  :  ل
    – Ujung lidah : ن ر ت د ط ز س ص ث د ظ
    – Bagian tengah bibir  :  ف2.  Idghom Mutaqoribain

    Yaitu bertemunya satu huruf dengan huruf yang lain yang berdekatan dengan sifat atau makhrojnya.
    Idghom mutaqoribain ada tiga macam :
    1. متقاربين في المخرج والصفة
    Yaitu bertemunya satu huruf dengan huruf lain dalam satu kalimat yang makhroj dan sifaatnya berdekatan.
    Contoh :
    – وَقُل رَّبّ
    2. متقاربين في المخرج فقط
    Yaitu bertemunya satu huruf dengan huruf lain dalam satu kalimat yang makhrojnya saja yang berdekatan.
    Contoh :
    – قَدْ سَمِعَ
    3. متقاربين في الصفة فقط
    Yaitu bertemunya satu huruf dengan huruf lain dalam satu kalimat yang sifaatnya saja berdekatan.
    Contoh :
    – بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ
    Catatan : “ ta’ dan Syin” adalah dua huruf yang berdekatan sifatnya saja bukan makhrojnya.
    Contoh-Contoh Idghom Mutaqoribain:
    – ث   ketemu ذ  : إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ
    – ق   ketemu ك  : أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
    – ب    ketemu م  :  يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِين

  2. Idghom MutamatsilainArtinya Idghom Mutamatsilain adalah Memasukkanya suara huruf tertentu ke dalam huruf yang semisalnya yang sama antara makhroj dan sifatnya.
    Contoh-contoh Idghom Mutamatsilain :
    – وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ
    – فَلَا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُورًا
    – وَإِذَا جَاءُوكُمْ قَالُوا آَمَنَّا وَقَدْ دَخَلُوا بِالْكُفْرِ
    – أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
    – أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
    Macam-macam Idghom Mutajanisain.BAB . AL ( ALIF DAN LAM ) ال

    a. ال القمر ية
    Huruf-hurufnya ada 14 yang terkumpul dalam syi’ir “ ابغ حجك وخف عقيمة “
    Contoh :
    – وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ- وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ – غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
    – ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا- وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا- تِلْكَ آَيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ
    – إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ- وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ- أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
    – وَالْعَصْرِ- الْقَارِعَةُ (1) مَا الْقَارِعَةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ (3 – ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
    – وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ – أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى

    b. ال الشمسية
    Huruf-hurufnya adalah semua huruf hijaiyah selain di atas .
    Contoh :
    – اهْدِنَا الصِّرَاطَ- إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ- إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ- إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ
    – وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ- وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ- وَلَا الضَّالِّينَ- وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى- وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ

    BAB .     MAD
    Menurut arti Istilah mad adalah isim masdar dari fi’I “ madda-yamuddu-maddan “ yang mempunai arti panjang atau memanjangkan. Menurut sebagian Ulama’ mad juga mempunyai arti “ ziyadah “ yang artinya bertambah,hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Nuh ayat:12
    “ وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا ”
    Yang artinya :dan menambah harta-harta dan anak-anakmu dan menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan sungai-sungai untuk kalian semua.
    Sedang menurut istilah mad mempunyai pengertian memanjangkan suara suara suatu huruf dengan adanya huruf-huruf mad tetentu. Semua Ulama’ sepakat bahwa huruf mad hanya ada tiga yaitu :
    – Wawu alif dan ya’ yang bersukun.
    Mad terbagi menjadi dua :
    a. Mad asli dan
    b. Mad Far’i

    A. Mad Asli
    Atau sering disebut dengan istilah mad thobi’i. Mad asli adalah panjangnya suara suatu huruf tertentu karena adanya huruf mad thobi’I yang asli. Serta tidak bertemu atau bercampur dengan huruf-huruf sababul mad seperti hamzah dan sukun.
    Mad thobi’I terbagi menjadi dua :
    a) Mad thobi’I kilmi
    Contoh :
    – ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ – الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ – فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ
    b) Mad Thobi’I harfi
    Mad thobi’I harfi mempunyai lima huruf yang terkumpul dakam lafadh “ حي طهر “
    – Huruf ya’ dalam permulaan surat (مريم كهيعص و يس)
    – Huruf Ha’ dalam permulaan surat ( غافر، فصلت، الشورى، الزخرف، الدخان، الجاثية، الأحقاف )
    – Huruf Tho’ dalam permulaan surat (طه و الشعراء والقصص، و طس و النمل )
    – Huruf Ro’ dalam permulaan surat (يونس، وهود، ويوسف، وإبراهيم، والحجر، و الرعد )
    – Huruf ha’ dalam permulaan surat (مريم، وطه )

    B. Mad Far’i
    Macam-macam Mad Far’i
    1. Mad Wajib Muttasil
    Yaitu apabila ada huruf mad bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat.
    Panjang mad Wajib Mutasil :
    – Menurut imam Hafsh adalah antara 2 atau 2,5 alif ? 4 atau 5 harokat
    – Menurut imam Hamzah : 3 alif / 6 harokat
    Contoh :
    – إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ – يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ
    2. Mad jaiz Munfashil
    Yaitu apabila ada huruf-huruf mad bertemu dengan hamzah dalam dua kalimat.
    Panjang Mad Jaiz Munfashil :
    – Menurut Imam Hamzah : 6 harokat / 3 alif
    – Menurut imam Hafsh : 4 harikat / 2 alif
    Contoh :
    – وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ – قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا
    3. Mad Lazim
    Yaitu apabila ada huruf mad bertemu dengan sukun.
    Mad lazim ada dua macam :
    1. Mad Lazim Kilmi
    2. Mad Lazim Harfi
    Dan dari masing-masing bagian juga terbagi menjadi dua, yaitu :
    1. Mutsaqqol
    2. Mukhoffaf

    Jadi secara garis besar mad Lazim terbagi menjadi 4 (empat) macam :
    1) Mad Lazim Kilmy Mutsaqqol
    Yaitu adanya huruf mad yang bertemu dengan sukun yang tetap ( lazim ) dalam suatu kalimat serta diidghomkan. Contoh :
    – غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
    – قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ وَلَا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ
    – الْحَاقَّةُ (1) مَا الْحَاقَّةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّ

    2) Mad Lazim Kilmy Mukhoffaf
    Yaitu adanya huruf mad yang bertemu dengan sukun yang tetap ( lazim ) dalam suatu kalimat dengan tanpa diidghomkan. Contoh :
    – آلآنَ وَقَدْ كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ
    – آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ

    3) Mad Lazim Harfy Mutsaqqol
    Yaitu adanya huruf mad yang bertemu dengan sukun yang tetap ( lazim ) dalam suatu huruf hijaiyah tertentu dengan disertai dengan idgom. Disebut harfi karena adanya mad yang bersamaan dengan sukun tersebut. Contoh :
    – Lam dalam ayat : المص
    – sin dalam ayat : طسم
    4) Mad Lazim harfy Mukhoffaf
    Yaitu adanya huruf mad yang bertemu dengan sukun yang tetap ( lazim ) dalam suatu huruf hijaiyah tertentu dengan tanpa disertai pengidgoman.
    Contoh :
    – Shod dalam Ayat : المص
    – Lam dalam ayat : الر
    – Qof dalam ayat : ق وَالْقُرْآَنِ الْمَجِيدِ
    – Mim dalam ayat : حم dan الم

    4. Mad ‘Aridli Lissukun
    Yaitu apabila ada huruf mad bertemu dengan sukun yang baru yang disebabkan oleh adanya waqof. Disebut “ ‘aridl “ karena adanya mad ini dikarenakan adanya sukun yang baru akibat waqof.
    Contoh :
    – (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3
    – وَالْقُرْآَنِ الْحَكِيمِ (2) إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (3) عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (4
    – قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3
    Panjang Mad ‘Aridli Lissukun adalah Conditional, artinya boleh 1 alif boleh 2 alif dan boleh 3 alif. Jika dalam bacaan mad sebelumnya 1 alif maka Mad ‘aridl selanjutnya juga 1 alif, begitu pula jika 2 atau 3 alif.

    5. Mad Badal
    Yaitu apabila ada huruf mad bertemu dengan hamzah. Disebut mad badal karena hamzah tersebut diganti dengan mad ( huruf mad )
    Panjang bacaan mad Badal adalah 2 harokat / 1 alif.
    contoh :
    – وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ – يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
    Asal contoh tersebut adalah : أأمنوا dan ااتينا

    6. Mad Tamkin
    Yaitu apabila ada huruf mad bertemu dengan sepadannya. Artinya adahuruf mad wawu bertemu wawu dan huruf mad ya’ bertemu dengan ya.
    Panjang bacaan Mad Tamkim adalah 2 harokat / 1 alif.
    Contoh :
    – الدين امنوا وعملوالصالحات – نبيين

    7. Mad Lin/mad Len
    Yaitu apabila ada huruf mad yang didahului oleh fathah yang bertemu dengan sukun yang baru( waqof )
    Panjang mad Len adalah sama seperti panjangnya mad ‘Aridli Lissukun yaitu 1 / 2 / 3 alif atau 2 / 4 / 6 harokat.
    Contoh ;
    – الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ – اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
    8. Mad Shilah
    Yaitu memenjangnya suara mad ketika ada Dlomir ( Ha’) yang diapit dua huruf sebelum dan sesudahnya yang berharokat.
    Mad Shilah ada dua macam :
    a. Mad Shilah Thowilah
    Yaitu memanjangnya Suara Mad pada Dlomir (ha’) yang setelahnya bertemu dengan hamzah.
    Contoh :
    – وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ- مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
    b. Mad Shilah Qoshiroh
    Yaitu Memanjangnya Suara mad pada dlomir (ha’) yang setelahnya tidak bertemu dengan hamzah.
    Contoh :
    – لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ- لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
    9. Mad Farqi
    Memanjangnya Suara mad ketika ada Hamzah bertemu dengan hamzahnya al (ال ) kemudian hamzahnya “ al “ tersebut dipanjangkan ( diganti alif .
    Contoh :
    – أالله  – أاسحر  –  أالئن
    10. Mad ‘iwadh
    Secara lafdhi, kata “ ‘iawdl” mempunyai pengertian mengganti atau ganti. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa mad Iwadl adalah Memanjangnya suara kalimat akibat adanya penggantian sebuah tanwin fathah ketika diwaqofkan.
    Panjang Mad ‘Iwadl adalah : 1 alif / 2 harokat
    Contoh :
    – وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا- لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا- إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً

    الي هنا بتوفيق الله و انا يته تم هذا الكتا ب

Belajar Agama…..Pentingkah…???


Miris hati kita melihat generasi muda umat Islam saat ini. Tidak anak-anaknya tidak pula para orang tuanya, mereka sama-sama belum mengetahui betapa pentingnya belajar ilmu agama.

Di sisi lain, para orang tua tersebut begitu semangat dan rela mengorbankan sebagian besar hartanya demi menyekolahkan anaknya untuk mempelajari ilmu duniawi. Sang anak sejak kecil sudah dijejali berbagai macam kursus yang katanya kunci kesuksesan di masa depan.

Bahkan ada salah satu lembaga pendidikan di negeri ini yang dengan bangga memasang spanduk bertuliskan; matematika + bahasa inggris = sukses.

Yang menjadi pertanyaan, kesuksesan seperti apa yang dimaksud oleh lembaga pendidikan tersebut ? dan sukses macam apa yang diidam-idamkan oleh para orang tua untuk masa depan putra putrinya kelak ?.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa para penghianat bangsa ini adalah orang-orang cerdas dengan titel berjajar. Mereka keruk sebanyak-banyaknya uang rakyat untuk memenuhi syahwat dunianya. Mereka berfoya-foya dengan segala kemewahan yang berhasil ia dapatkan dengan jalan yang sangat zalim. Apakah ini yang dinamakan kesuksesan ?

Mari kita lihat sejenak sabda Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa sallam- yang berbunyi,

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).” [HR. Bukhari (no. 2948) dan Muslim (no. 1037).]

Inilah jawabannya, salah satu yang menyebabkan orang-orang pintar berbuat zalim adalah karena yang ia pelajari hanyalah ilmu duniawi. Tidak ada pemahaman agama yang masuk ke dalam hati mereka kecuali sedikit sekali. Padahal sudah jelas, agama adalah bingkai yang dapat mengontrol manusia dari prilaku buruk.

Hadits ini juga menunjukkan betapa tingginya kedudukan ilmu agama dan keutamaan yang besar bagi orang yang mempelajarinya, sampai Imam an-Nawawi mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama dalam kitabnya Riyadhush Shalihin, pada pembahasan “Keutamaan Ilmu”.

Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata: “Dalam hadits ini terdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu lainnya.”Fathul Baari (1/165).

Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhu- menuturkan, Rasulullah ­–sallahu ‘alaihi wa sallam- besabda : ”Barangsiapa yang kedatangan maut saat menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah. Dan Tiadalah batas antara dia dengan nabi, melainkan hanya derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

Bahkan belajar ilmu agama tidak hanya penting tetapi sampai derajat fardhu ‘ain (wajib bagi setiap muslim) untuk mempelajarinya. Berbeda dengan ilmu selain ilmu agama yang derajat perintahnya berkisar mulai dari mubah hingga fardhu kifayah (wajib bagi sekelompok orang, jika salah satu ada yang telah memenuhinya maka gugurlah kewajiban tersebut). Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)

Ibnu Hajar Al-Asqalani –rahimahullah- berkata,

( وَقَوْله عَزَّ وَجَلَّ : رَبّ زِدْنِي عِلْمًا ) وَاضِح الدَّلَالَة فِي فَضْل الْعِلْم ؛ لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يَأْمُر نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَاد مِنْ شَيْء إِلَّا مِنْ الْعِلْم ، وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته ، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ وَصِفَاته ، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض

“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)

Lalu, apakah kita diwajibkan untuk mempelajari seluruh ilmu yang ada di dalam agama ini?, memahami semua yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, mendalami semua pokok-pokok ilmu agama berikut cabang-cabangnya secara keseluruhan. jika ada satu bab dari ilmu agama ini maka kita dianggap tidak menunaikan kewajiban? tidaklah demikian, Ibnul Qoyyim –rahimahullah- menjelaskan ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, diantaranya:

Pertama, ilmu tentang pokok-pokok keimanan, yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, taqdir-Nya dan hari akhir.

Kedua, ilmu tentang syariat-syariat Islam. Seperti tata cara wudhu, shalat, puasa, haji, zakat dan sebagainya. Wajib dipelajari tentang syarat, rukun dan pembatalnya.

Ketiga, ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat sebelumnya. Kelima hal ini disebutkan dalam firman AllahTa’ala,

ö قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’”. (QS. Al-A’raf [7]: 33)

Maka dari itu kita wajib untuk mempelajari larangan-larangan Allah Ta’ala, seperti haramnya membunuh tanpa hak, berzina, melakukan praktek riba, minum khamr, dan sebagainya, sehingga kita tidak melanggar larangan-larangan tersebut karena telah mengetahui ilmunya.

Keempat, ilmu yang berkaitan dengan muamalah, yaitu interaksi yang terjadi antara seseorang dengan yang lainnya. Ilmu ini berbeda pada setiap orang karena perbedaan peran yang dimiliki. Misalnya, yang wajib mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan peternakan adalah seorang peternak, sedangkan seorang ibu rumah tangga tidaklah wajib karena urusan dia adalah apa yang ada di rumah suaminya yaitu mengurus dan mendidik anak-anaknya serta menjaga apa yang ada di dalam rumah tersebut. (Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/156)

Dari penjelasan Ibnul Qoyyim –rahimahullah- di atas, jelaslah bahwa setiap orang yang beragama Islam wajib memperlajari ilmu agama dari manapun ia beasal dan apapun jenis pekerjaannya. Karena Allah –subhanahu wa ta’ala-sangat benci terhadap orang yang pandai dalam ilmu dunia tetapi bodoh dalam ilmu akhirat.

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat”. (QS. Ar-Ruum [30]: 7) []